Tugas mentoring Inaguration Day 2015

 

Makna Hijrah dalam Al-Qur’an

Arti hijrah dalam Al-Quran adalah Perpindahan dari satu tempat ke tempat lain.

Hijrah berhukum sunnah bagi orang yang mampu melakukan hijrah namun tidak berhijrah, dan ia masih mungkin memenangkan agamanya di daar al-Kufur. Imam Ibnu Qudamah dalam al-Mughniy menjelaskan sebab kesunnahan hijrah dalam keadaan tersebut, sebagai berikut, “Jika penduduk muslim masih mampu memperkuat jihad , memobilisasi kaum muslim, membantu mereka, dan jika ia masih mungkin melenyapkan kekuatan dan persekutuan kaum kafir, serta membinasakan panji-panji kemungkaran, maka mereka tidak wajib hijrah, karena mereka masih sanggup menegakkan kewajiban agamanya, meskipun tanpa harus berhijrah ke Daar al- quran“. Kemudian, beliau meriwayatkan sebuah hadits dari Nu’aim al-Nahaam, bahwasanya ia hendak hijrah ke Madinah. Lalu, kaumnya, Bani ‘Adiy, mendatangi dirinya dan berkata, “Tetap tinggallah anda di negeri kami, dan anda tetap di atas agama anda. Dan kami akan melindungi anda dari orang-orang yang hendak menyakiti anda….’ Beliau pun mengurungkan diri untuk berhijrah beberapa waktu lamanya, lalu setelah itu beliau berhijrah. Nabi saw berkata kepadanya, “Perlakuan kaummu terhadap dirimu lebih baik dibandingkan perlakuan kaumku kepadaku. Kaumku telah mengusirku, dan hendak membunuhku. Sedangkan kaummu, menjaga dan melindungimu..”

Tafsir Annisa Ayat 97:
Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, para malaikat bertanya, “Bagaimana kalian ini?” Mereka menjawab, “Kami dulu tertindas di bumi.” Mereka (para malaikat) berkata, “Bukankah bumi Allah itu luas, kalian dapat berhijrah di dalamnya?” Mareka itu tempatnya Jahannam, dan itulah tempat kembali yang paling buruk.”

“Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat”:
Setiap manusia, kalau begitu, pasti mati, tidak ada yang abadi di dunia. Dan yang mewafatkan itu malaikat, petugas Allah, bukan petugas manusia, karena itu pewafatan itu pasti terlaksana, karena malaikat itu tidak pernah berbuat curang. Cara pewafatannya dalam ayat lain (al-Anfal/8:50) disebutkan bahwa orang-orang yang berdosa sampai dipukuli muka dan pinggul mereka supaya ruh mereka keluar, karena ruh itu lari ke setiap sel-selnya yang paling kecil. Orang-orang yang baik-baik cukup ruhnya dipersilahkan meninggalkan jasadnya, ruh itu akan keluar dengan sukacita.

“Dalam keadaan menganiaya diri sendiri”
Yaitu berdosa, di antaranya tidak mau berhijrah. Kasusnya mengenai hijrah dari Makkah ke Madinah pada zaman Nabi saw. Setelah itu kasusnya diterapkan kepada siapa saja yang tidak mau berinisiatif mencari kebebasan, kemerdekaan, dsb., dan memperbaiki keadaan dari kondisi yang tidak/kurang baik kepada kondisi yang lebih baik lagi.

“Malaikat bertanya, “Bagaimana kalian ini?”
Pertanyaan itu isyarat bahwa yang bersangkutan tidak orang baik. Bila orang itu baik tentu malaikat akan menyapanya dengan salam.

“Mereka menjawab, ‘Kami dulu tertindas di bumi (Mekah).’
Mustadh’afin makna harafiyahnya adalah “mereka yang dibuat tak berdaya”. Setiap manusia diberi oleh Allah energi, kekuatan, dan kemampuan. Bila manusia lemah, itu tanda ada unsur luar yang membuatnya lemah, dan itu harus diatasi.

“Mereka (para malaikat) berkata, ‘Bukankah bumi Allah itu luas, kalian dapat berhijrah di dalamnya?’
Tertindas dengan demikian tidak dapat dijadikan alasan untuk lemah. Ketertindasan secara politik, ekonomi, sosial, dsb. tidak boleh didiamkan, tetapi harus diatasi. Caranya: migrasi. Bila tidak migrasi, membebaskan diri dari ketertindasan itu.

”Mereka itu tempatnya Jahannam, dan itulah tempat kembali yang paling buruk,”
Jahannam adalah neraka yang paling dalam, karena itu tentu amat dahsyat. Tidak mau migrasi atau berusaha membebaskan diri dari ketertindasan, jangan dikira akan dikasihani Allah. Justru dihukum dengan hukuman yang paling berat.

 

Mentoring agama : Cara bergaul yang baik

 

 

 

alangkah baiknya saya mulai dari tata cara yang baik dalam bertaaruf atau berkenalan dalam ajaran islam tentunya.dan dibawah ini point point penting yang anda butuhkan sebagai panduan anda bergaul sesuai dengan ajaran agama islam

1.Niat kepada Allah SWT hanya untuk berteman dan bertaaruf,karena kalau kita menargetkan terlalu jauh untuk orang yang baru kita kenal,untuk kedepanya akan tidak bagus,jadi sebaiknya anda niat berkenalan hanya untuk menjadi teman(khusus petemanan antara laki-laki dan perempuan).

2.penuhi batasan batasan dalam perkenalan seperti yang dianjurkan oleh baginda rosulullah,seperti menjaga pandangan terhadap lawan jenis saat berkenalan atau memakai pakaian yang pantas saat bertaaruf,agar tidak ada kesalahpahaman yang terjadi karena salah satu pihak tidak memenuhi aturan tersebut.

3.berada di tempat yang tidak mengundang kecurigaan,seperti berkenalan di bawah pohon yang sepi,lalu di kamar kost berdua.ini harus dihindari

4.kalau bisa dalam berkenalan anda mengajak teman untuk menemani anda dalam memperlancar kegiatan bertaaruf,agar jika kondisi pembicaraan sudah diluar batas,seorang teman bisa selalu mengingatkan,dan satu lagi ketika dua orang lawan jenis duduk berduaan maka yang ketiganya adalah setan,yang rentan berbisik untuk mempengaruhi hal hal buruk.

setelah itu semua di penuhi sepertinya cara bergaul menurut islam secara dasar sudah terpenuhi,maka sekarang giliran anda untuk menanyakan apa apa yang anda ingin ketahui dari teman taaruf anda,karena sesungguhnya cara bergaul menurut islam inisangat effectif untuk membuat batas pertemanan agar sesuai dan sejalan dengan aqidah islam,saya tidak akan mengajarkan secara lebih rinci,dan dengan modal diatas dan dengan bertanya kepada guru agama anda,mungkin anda akan mengerti cara bergaul menurut islam yang saya bicarakan.

 

 

Mentoring Agama : Meneladani Sifat Nabi Muhammad Saw

Meneladani Akhlak Rasulullah SAW

Cinta Rosul

Dalam rangka memperingati maulid Nabi SAW, aku pengen nulis ini…

MENELADANI AKHLAK RASULULLAH SAW UNTUK KUALITAS HIDUP YANG LEBIH BAIK

Rasulullah SAW merupakan sosok manusia dengan pribadi yang sangat agung, yang setiap gerak dan sikapnya penuh kebaikan dan kasih sayang.

Rasulullah SAW adalah manusia yang secara fisik memiliki kesamaan sifat kemanusiaan seperti manusia lainnya, sama juga seperti manusia yang hidup pada saat ini. Memerlukan udara untuk bernafas, memerlukan makanan dan minuman untuk melangsungkan hidup, juga memiliki syahwat dan kecenderungan terhadap lawan jenis.
Yang membedakan Rasulullah SAW dengan manusia lainnya adalah keagungan budi pekerti, keindahan ahlak, serta kelebihan yang Allah SWT berikan sehubungan dengan tugasnya sebagai nabi dan rasul(mukjizat).

Pada saat Penulis berniat menulis tentang Rasulullah SAW ini, tiada niat untuk menggurui siapapun apalagi merasa sudah berakhlak seperti Baginda Rasul, hanya berkeinginan untuk mengajak dan memotivasi diri sendiri juga orang lain untuk meneladani sifat dan berakhlak seperti Rasulullah SAW, karena Rasulullah Muhammad SAW merupakan protitipe manusia dengan sifat-sifat yang merepresentasikan sifat-sifat Allah SWT.

Jika kita renungkan lebih dalam, mengapa Allah SWT sampai mengutus Rasulullah SAW, itu karena kasih sayang-Nya kepada manusia, supaya kita mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Allah SWT menyayangi kita dengan memberikan bimbingan kepada umat manusia melalui makhluk dari jenisnya sendiri(manusia), sehingga tidak alasan bagi kita untuk tidak bisa mencontohnya.

Sifat dan akhlak Rasulullah SAW begitu sempurna dan memenuhi semua yang dibutuhkan oleh semua manusia, karena semua berasal dari Allah SWT yang menciptakan manusia. Ibaratnya seorang insinyur yang menciptakan robot, dia sangat tahu apa yang dibutuhkan oleh makhluk ciptaannya. Allah SWT memerintahkan manusia untuk menyayangi dan mengasihi orang lain, karena sudah fitrahnya setiap manusia ataupun makhluk lainnya ingin dikasihi dan disayangi. Orang jahat sekalipun, dia ingin dikasihi orang lain. Oleh karena itu, Allah SWT mengutus Rasulullah SAW dengan sifatnya yang sangat pemurah, penyayang dan paling lemah lembut terhadap orang lain.

Setiap gerak, sikap dan sifat Rasulullah SAW sehari-hari merupakan teladan yang sangat baik yang dibutuhkan setiap manusia dalam menjalankan hidup sebaik-baiknya. Suatu sikap hidup yang disukai oleh makhluk-makhluk juga oleh Sang Pencipta.

Saya akan menyajikan berbagai sikap dan contoh perilaku Rasulullah SAW yang jika kita amalkan, insya Allah akan memperbaiki setiap sisi kehidupan kita. Dimulai dari akhlak dalam kehidupan pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

  1. Akhlak Rasulullah SAW dalam Kehidupan Pribadi
    Akhlak Rasulullah SAW sebagai seorang manusia secara pribadi, dapat kita contoh dalam kegiatan Beliau sehari-hari, mulai dari cara beliau tidur, makan, minum, berjalan, tersenyum, berbicara, marah, tertawa, beribadah pada-Nya, dan lain sebagainya.

1.1 Rasulullah SAW Tidur
Rasulullah SAW biasa tidur di awal malam, dan bangun di sepertiga malam terakhir.
Selain itu, Rasul juga melarang kita untuk menceritakan mimpi yang jelek, dan bersyukur kepada Allah SWT jika bermimpi indah, serta diperbolehkan untuk menceritakannya kepada yang lain.

Hikmah:
Kebiasaan bangun di penghujung malam kemudian melaksanakan shalat malam, memiliki efek positif terhadap tubuh dan pikiran manusia. Bagaimana tidak, setelah seharian penat bekerja, disibukkan oleh berbagai kegiatan dan tugas-tugas yang kadang membuat manusia stres, jiwa manusia memerlukan suatu “refreshing”, penenangan, dan pemulihan semangat. Dengan bangun di penghujung malam yang hening, di saat kebanyakan orang sedang terlelap tidur dan terbuai di alam mimpinya, kita bangun untuk mendekatkan diri pada-Nya, mengingat-Nya(dzikrullah) dan bermuhasabah(introspeksi diri).
Kebiasaan seperti ini akan membuat manusia selalu mawas diri dan menyadari akan tugas hidupnya di dunia, segala tindakannya akan senantiasa terkendali, dan akan selalu mendapatkan semangat hidup yang positif untuk memaknai sisa hidupnya.

Sedangkan kebiasaan mensyukuri mimpi yang indah serta menceritakannya kepada yang lain, adalah hal yang baik, karena dengan bersyukur menyebabkan manusia berpikir positif dan mungkin akan menjadi sugesti yang baik bagi yang bersangkutan. Sedangkan larangan untuk menceritakan mimpi yang tidak baik, bertujuan untuk menghindari sugesti yang jelek yang menyebabkan berkurangnya produktifitas orang yang bersangkutan, dikarenakan selalu dihantui oleh mimpi jeleknya.

1.2 Rasulullah SAW Makan dan Minum
Rasulullah SAW selalu memulai makan atau minum dengan membaca basmalah, menggunakan tangan kanan. Beliau juga sangat memperhatikan kehalalan dan kesederhanaan makanannya. Rasul hanya makan makanan yang dihalalkan oleh-Nya, sedangkan kesederhanaan yang dimaksud di sini adalah dari segi jumlahnya, Beliau tidak makan berlebihan; beliau makan di saat lapar dan berhenti sebelum kenyang.

Hikmah:
Kebiasaan memulai makan atau minum dengan membaca basmalah, adalah salah satu bentuk syukur kita atas semua rezeki dan nikmat yang Allah SWT berikan. Menjaga kehalalan dan kesederhanaan makanan yang kita konsumsi, memiliki efek yang sangat baik terhadap tubuh, karena makanan yang dihalalkan Allah SWT sudah pasti memiliki kandungan-kandungan zat yang sangat baik untuk tubuh manusia, begitupun dalam kesederhanaan jumlah makanan yang masuk ke tubuh, hal ini juga akan berefek pada kerja organ-organ pencernaan.

1.3 Rasulullah SAW Tersenyum, dan Berbicara
Rasulullah SAW adalah seorang yang sangat mulia akhlaknya, manis sikapnya, dan sangat terjaga ucapannya. Beliau selalu tersenyum dan menyapa siapa saja yang dijumpainya. Beliau tidak berbicara kecuali yang penuh manfaat, dan menganjurkan lebih baik diam daripada berbicara sia-sia. Cara berbicaranya sangat tenang, sehingga ucapannya jelas, dan tujuannya yang ingin disampaikannya pun bisa dimengerti oleh siapa saja yang menjadi pendengarnya.

Hikmah:
Sikap yang ramah dan murah senyum akan membuat orang lain senang, merasa aman, dan jauh dari perasaan terancam. Dengan demikian, akan menumbuhkan serta menguatkan tali silaturahmi.

Sedangkan kebiasaan untuk berbicara yang baik akan menghindarkan manusia dari kecelakaan yang disebabkan oleh lisannya. Begitu juga dengan cara bicara yang tenang dan jelas, akan membuat pesan yang ingin kita sampaikan dapat dengan mudah diterima oleh orang yang kita maksud.

1.4 Rasulullah SAW Berjalan dan Bergaul
Rasulullah SAW selalu berjalan dengan sikap yang wajar dan optimis, tidak bersikap sombong atau takabur di hadapan orang yang ditemuinya. Beliau selalu mendahului untuk menyapa dan mengucapkan salam; jika ada orang yang menyapa maka beliau akan berpaling dengan seluruh tubuhnya menghadap orang yang menyapanya. Beliau juga sangat menjaga pandangan terhadap laki-laki maupun perempuan. Rasul pun melarang berbaurnya laki-laki dan perempuan di jalanan.

Hikmah:
Sikap yang wajar dalam berjalan, serta memalingkan wajah dan seluruh badan merupakan bentuk penghargaan terhadap orang lain, hal ini juga yang akan menjauhkan manusia dari permusuhan, bahkan sebaliknya akan menumbuhkan tali silaturahmi atau bahkan menguatkan ikatan yang sudah terjalin.

Kebiasaan menjaga pandangan, akan menyelamatkan manusia dari kecelakaan yang bermula dari mata yang menyebabkan nafsu syahwat. Begitupun dengan larangan berbaurnya laki-laki dan perempuan, hal ini akan menjauhkan dari perbuatan maksiat, memuliakan wanita dari pelecehan dan kejahatan.

  1. Akhlak Rasulullah SAW dalam Berkeluarga
    2.1 Anjuran Rasulullah SAW untuk menyegerakan menikah
    Menikah merupakan salah satu sunnah Rasul yang sesuai dengan fitrah manusia, yaitu memiliki hasrat dan kecenderungan terhadap lawan jenis.

2.2. Rasulullah SAW Memperlakukan Isteri-Isterinya
Beliau adalah seorang suami yang sangat bertanggung jawab, menafkahi isteri-isterinya, baik lahir maupun batin. Beliau sangat memuliakan isteri dan anak-anak. Pernah suatu saat, salah seorang isterinya mau menaiki unta, beliau berjongkok dan memberikan pahanya untuk dijadikan tumpuan oleh isterinya. Di dalam kisah lain juga disebutkan, bahwa beliau melindungi wajah salah seorang isterinya dengan kain sorban di siang hari yang sangat terik. Di dalam rumah pun, beliau tidak pernah bersikap kasar jika ada hal yang tidak berkenan, beliau memanggil isteri-isterinya dengan panggilan yang disukai dan senantiasa penuh kelembutan.

Hikmah:
Dengan menikah, manusia akan memiliki media yang penyaluran hasrat seksual yang lebih mulia daripada binatang, sah dan terhormat di hadapan Allah SWT dan manusia lainnya, serta bisa menjauhkan diri dari pergaulan bebas yang menghinakan diri dan keluarganya. Menikah dan berumah tangga juga merupakan sarana pendewasaan manusia dalam hal berpikir dan bersikap, mereka terkena hak dan kewajiban satu sama lain untuk saling memahami, saling mengasihi, mau berkorban satu sama lain, dan saling menjaga amanat yang diembannya.

Menikah merupakan salah satu sarana ibadah yang sangat agung dan indah. Pantaslah jika Rasul menganjurkan para pemuda untuk menikah di awal masa mudanya(yang telah akil baligh) untuk menyegerakan menikah, karena di dalamnya terdapat banyak kebaikan.

  1. Akhlak Rasulullah SAW dalam Bermasyarakat
    Rasulullah SAW adalah orang yang paling dermawan, tangannya ringan untuk memberi dengan apa yang ada di sisinya. Beliau kadang berhutang, kemudian membayarnya lebih besar dari hutangnya. Beliau juga membeli sesuatu tanpa menawar kemudian memberikannya pada penjualnya. Rasul juga sering menerima hadiah kemudian membalasnya dengan yang lebih banyak dan lebih baik.

Hikmah:
Kebiasaan memberi atau berkorban untuk orang lain, akan menjauhkan manusia dari sifat-sifat tercela(egois, tamak, kikir, dsb). Orang yang pemurah, pengasih akan senantiasa memikirkan kebaikan untuk orang lain, dan menjauhi hal-hal yang akan merugikan orang lain, misalnya: penyalah gunaan jabatan untuk kepentingan pribadinya, korupsi (mengambil hak orang lain).

  1. Kepemimpinan Rasulullah SAW
    Rasulullah SAW adalah seorang pemimpin yang demokratis, selalu mengutamakan musyawarah dalam kepemimpinannya. Jika ada pendapat dari seseorang yang beliau anggap benar, maka beliau akan mengamalkannya.

Sikap Rasul yang demokratis ini merupakan salah satu kunci keberhasilannya dalam memimpin umat. Beliau sangat bijaksana, tetap pemaaf dan lemah lembut menyikapi segala perbedaan.
Rasul juga seorang panglima perang yang berani, beliau selalu ada di barisan paling depan pada setiap pertempuran.

Hikmah:
Perbedaan merupakan salah satu fitrah kehidupan, yang terpenting adalah bagaimana sikap kita dalam menghadapinya. Cara terbaik untuk menyikapi perbedaan itu adalah dengan bermusyawarah. Jabatan sebagai pemimpin bukan berarti menghalangi manusia untuk menerima kebenaran dari siapapun, termasuk dari bawahannya sekalipun.

Sedangkan jiwa patriotis dari seorang pemimpin bisa menjadi motvasi yang sangat kuat bagi pengikutnya untuk mencontoh dan melakukan hal yang sama dengan pemimpinnya. Hal inilah yang akan membuat suatu negara menjadi kuat.

  1. Akhlak Rasulullah SAW dalam Perekonomian
    Rasulullah SAW adalah salah satu contoh seorang enterpreneur. Di awal masa remajanya, Beliau telah ikut pamannya berdagang ke negeri Syam. Akhlak Rasul dalam berdagang dan menjalankan bisnisnya adalah selalu berusaha memuaskan mitra bisnisnya, senantiasa jujur dan adil. Sehingga mitra bisnis tidak pernah mengeluh dan kecewa.

Hikmah:
Dengan memiliki etos kerja yang tinggi, manusia akan terhindar dari kemiskinan dan kekurangan materi, hal ini karena setiap manusia itu sebenarnya sudah memiliki jatah rezeki masing-masing, tinggal bagaimana usaha mereka dalam menjemput rezeki yang sudah disediakan oleh-Nya. Jiwa enterpreneur/wirausaha membuat manusia tidak menggantungkan nasibnya pada orang lain. Dia bisa menciptakan lapangan kerja sendiri, tanpa meminta kepada orang lain untuk mempekerjakannya. Wirausaha membuat orang terbiasa untuk memberi, bukan meminta. Akhlak yang baik terhadap rekan bisnis pun sangatlah penting, karena hal ini akan menentukan kelangsungan hidup perusahaan dan melanggengkan kerja sama yang saling menguntungkan.

Masih banyak contoh akhlak Rasulullah SAW yang harus kita tahu dan kita terapkan dalam kehidupan kita.

Akhir kata, masih banyak kekurangan dan hal-hal yang harus penulis perbaiki, dan semoga kita sama-sama bisa terus memperbaiki diri. Semoga tulisan ini bisa menjadi motivator untuk kita semua, memperbaiki diri, dimulai dari diri sendiri, dari hal kecil dan dari saat ini, dengan menjadikan Rasulullah SAW sebagai sosok rujukan. Semoga sisa hidup kita lebih baik, dan kembali pada-Nya dalam keadaan khusnul khatimah.

 

 

Mentoring Agama : Perilaku Husnudzon

  1. PENGERTIAN PERILAKU HUSNUZAN

Husnuzan artinya berbaik sangka,lawan katanya adalah suuzan yang artinya berburuk sangka. Suuzan termasuk akhlak tercela, karena mendatangkan kerugian. Sungguh tepat jika Allah SWT dan rasulnya melarang berperilaku berburuk sangka

     B.CONTOH-CONTOH PERILAKU HUSNUZAN

1.Husnuzan terhadap Allah SWT

Husnuzan terhadap allah SWT artinya berbaik sangka pada Allah SWT, Tuhan yang maha esa, pencipta alam semesta dan segala isinya.

Diantara sikap perilaku terpuji, yang akan dilakukan oleh orang yang berbaik sangka kepada Allah ialah syukur dan sabar.

  1. Syukur

Menurut pengertian bahasa,kata syukur berasal dari bahasa arab,yang artinya terima kasih. Menurut istilah, syukur adalah berterima kasih kepada Allah SWT dan pengakuan yang tulus atas nikmat dan karunia-NYA,melalui ucapan, sikap dan perbuatan.

Jika umat manusia menghitung-hitung karunia Allah,tentu tidak akan mampu menghitungnya.

  1. Sabar

Apabila manuitu berada dalam situasi senang, hendaknya ia bersyukur, dan apabila sedang dalam keadaan susah, maka hendaknya ia bersabar.

Seseorang dianggap suuzan terhadap Allah, misalnya tatkala ia mengalami kegagalan dalam suatu usaha, ia menduga Allah lah penyebab kegagalannya. Padahal Allah itu Maha Mendengar, Maha Dermawan & Maha Adil.

  1. Husnuzan terhadap Diri Sendiri
  2. Percaya Diri

Seseorang yang percaya diri tentu akan yakin terhadap kemampuan dirinya, sehingga ia berani mengeluarkan pendapat dan berani pula melakukan suatu tindakan. Sebaliknya, seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan apabila tidak percaya diri tentu akan memperoleh kerugian dan mungkin bencana

 

  1. Gigih

Dalam kamus bahasa Indonesia disebutkan bahwa kata gigih berasal dari bahasa Minangkabau yang artinya berkeras hati, tabah, dan rajin. Sikap dan perilaku gigih termasuk akhlakul karimah, yang hendaknya diterapkan antara lain dalam hal berikut :

  1. Menuntut Ilmu
  2. Bekerja mencari rezeki yang halal
  3. Berinisiatif
  4. Husnuzan terhadap sesama manusia
  5. Kehidupan Berkeluarga

Tujuan hidup berkeluarga yang islami adalah terbentuknya keluarga (rumah tangga) yang memperoleh rida dan rahmat Allah SWT, bahagia serta sejahtera, baik di dunia maupun di akhirat.

  1. Kehidupan Bertetangga

Kehidupan bertetangga dianggap saling berprasangka baik dan tidak saling mencurigai jika antara lain bersikap dan berperilaku :

  1. saling menghormati
  2. berbuat baik kepada tetangga
  3. Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara

Tujuannya adalah terwujudnya kehidupan yang aman, tentram, adil, makmur, dibawah ampunan dari ridha Allah SWT

Sikap dan perilaku terpuji yang harus diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara itu antara lain :

  1. Genearasi tua menyayangi genersi muda, sedangkan generasi muda menghormati generasi tua.
  2. Semua anggota masyarakat atau sesama warga negara hendaknya saling menolong dalam kebaikan serta ketakwaan dan jangan saling menolong dosa serta pelanggaran
  3. MEMBIASAKAN DIRI BERPERILAKU HUSNUZAN

Seorang muslim/muslimah yang berperilaku husnuzan Allah SWT, tentu akan senantiasa bertakwa kepada-nya dimanapun dan kapanpun ia berada. Serta meraka yang husnuzan terhadap diri, tentu akan membisakan diri dengan bersikap dan berperilaku terpuji yang bermanfaat bagi dirinya.

Mentoring Agama : Tawazun

 

                            PENGERTIAN TAWAZUN

 

 

Tawazun artinya seimbang. Allah telah mengisyaratkan agar kita hidup seimbang, sebagaimana Allah telah menjadikan alam beserta isinya berada dalam sebuah keseimbangan. (QS.67:3)

Manusia dan agama Islam kedua-duanya merupakan ciptaan Allah yang sesuai dengan fitrah yang telah Allah tetapkan. Mustahil Allah menciptakan agama Islam untuk manusia yang tidak sesuai dengan fitrah tersebut (QS.30:30). Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa manusia itu diciptakan sesuai dengan fitrah Allah yaitu memilki naluri beragama (agama tauhid : al-Islam) dan Allah menghendaki manusia untuk tetap dalam fitrah itu. Kalau ada manusia yang tidak beragama tauhid, itu hanyalah karena pengaruh lingkungan (Hadits,”Tiap bayi terlahir dalam keadaan fitrah (Islam) orangtuanyalah yang menjadikan ia sebagai Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”).

 

Sesuai dengan fitrah Allah,manusia memiliki tiga potensi, yaitu al-jasad (jasmani), al-aql (akal), dan ar-ruh (ruhani). Islam menghendaki ketiga dimensi tersebut berada dalam keadaan tawazun (seimbang). Perintah untuk menegakkan neraca keseimbangan ini dapat dilihat pada QS.55:7-9.

Ketiga potensi ini membutuhkan makanannya masing-, yaitu masing sbb :

  1. Jasmani

Jasmani atau fisik adalah amanah dari Allah swt,karena itu harus kita jaga . Dalam sebuah hadits dikatakan ,”Mu’min yang kuat itu lebih baik atau disukai Allah daripada mu’min yang lemah.”(HR.Muslim), maka jasmani pun harus dipenuhi kebutuhannya agar menjadi kuat. Kebutuhannya adalah makanan, yaitu makanan yang halalan thoyyiban (halal dan baik) (QS.80:24,2:168), beristirahat (QS.78:9), kebutuhan biologis (QS.30:20-21) dan hal-hal lain yang menjadikan jasmani kuat.

  1. Akal

Yang membedakan manusia dengan hewan adalah akal. Akal pulalah yang menjadikan manusia lebih mulia dari makhluk-makhluk lainnya. Dengan akal manusia mampu mengenali hakikat sesuatu, mencegahnya dari kejahatan dan perbuatan jelek. Membantunya dalam memanfaatkan kekayaan alam yang oleh Allah diperuntukkan baginya supaya manusia dapat melaksanakan tugasnya sebagai khalifatullah fil-ardhi (wakil Allah di atas bumi) (QS.2:30;33:72). Kebutuhan akal adalah ilmu (QS.3:190) untuk pemenuhan sarana kehidupannya.

  1. Ruh (hati)

Kebutuhannya adalah dzikrullah (QS.13:28;62:9-10). Pemenuhan kebutuhan ruhani sangat penting, agar ruh/jiwa tetap memiliki semangat hidup, tanpa pemenuhan kebutuhan tersebut jiwa akan mati dan tidak sanggup mengemban amanah besar yang dilimpahkan kepadanya.

Dengan keseimbangan, manusia dapat meraih kebahagiaan hakiki yang merupakan ni’mat Allah, karena pelaksanaan syariah sesuai dengan fitrahnya. Untuk skala ketawazunan akan menempatkan umat Islam menjadi umat pertengahan / ummatan wasathon (QS.2:143), yaitu umat yang seimbang.

 

 

Mentoring Agama : Cara Berbakti Kepada Orang Tua

 

Cara Berbakti kepada Orang Tua

 

Dalam menempuh hidup di dunia ini, tentunya setiap orang ingin menjadi orang yang berhasil di dunia dan akhirat. Untuk itu, salah satu caranya adalah dengan berbakti kepada kedua orang tua. Jika baik pada mereka berdua maka hidup akan sukses. Jika menyakiti dan durhaka pada keduanya, maka hidup akan sengsara. Berikut adalah beberapa saran yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan agar tergolong sebagai anak yang berbakti pada kedua orang tua:

  1. Berbicara kepada kedua orang tua itu harus dengan sopan, santun dan lembut. Tidak boleh mengatakan “AH!”, UH!, Cis!, atau yang semisal kata-kata tersebut. Begitu pula dengusan nafas sebagai bentuk ketidaksukaan terhadap sikap atau perintah orang tua. Jangan berkata kepada mereka dengan perkataan yang keras seperti membentak dan menghardik. Berkatalah kepada mereka dengan ucapan yang baik dan menyenangkan hati keduanya.
  2. Selalu taat kepada semua perintah orang tua. Selama mereka tidak memerintahkan hal-hal yang mengandung unsur dosa dan maksiat. Bila mereka memerintahkan berdosa, menolak pun harus dengan lemah lembut dan penuh pengertian. Bila memerintah hal yang baik harus segera dikerjakan meski sedang sibuk melakukan sesuatu. Sebagaimana dicontohkan oleh seorang ulama besar yang sedang memberikan ceramah di hadapan ribuan orang. Lalu ada seseorang datang dan berbisik bahwa ibunya memerintahkan ulama tersebut pulang sebentar untuk memberi makan ayam. Maka sang ulama meminta izin pada jama’ah untuk pulang memberi makan ayam seperti yang ibunya perintahkan. Setelah ibunya puas, ulama tadi kembali ke mimbar dan meneruskan ceramahnya.
  3. Jangan memasang wajah yang cemberut, jangan melotot dan bermuka masam bila berhadapan dengan keduanya. Bila ada hal yang tidak kita sukai dari mereka, bersabarlah, tarik nafas dalam-dalam dan tersenyumlah. Ingatlah, ribuan sikap dan kelakuan kita sejak lahir hingga dewasa yang sering merepotkan orang tua. Namun mereka tetap sabar terhadap anak-anaknya.
  4. Berusaha sekuat tenaga untuk menjaga nama baik orang tua. Bila ada yang mencemarkannya segera bersihkan dan bela. Jagalah harta benda mereka serta jangan mengambil tanpa seizin mereka meskipun hanya satu rupiah. Sedangkan bila orang tua mengambil harta benda kita, kita mesti ikhlas. Karena sejatinya anak dan harta bendanya adalah milik orang tua sebagaimana yang Nabi Muhammad SAW jelaskan dalam haditsnya.
  5. Ringankanlah beban mereka. Bantu pekerjaan rumahnya. Layani mereka sebaik-baiknya. Tulang mereka telah rapuh membesarkan kita dahulu. Kulitnya telah keriput, uban di rambut semakin banyak. Balaslah kebaikan mereka meskipun kita tak akan mampu membalas jasa mereka.
  6. Bermusyawaralah dengan kedua orang tua terhadap persoalan yang kita hadapi atau keputusan yang akan kita ambil. Bila terjadi perselisihan pendapat, mintalah maaf kepada keduanya dan mohon restu dan ridhanya.
  7. Bila ayah atau ibu memanggil segeralah menjawab panggilannya dengan wajah yang cerah dan dengan suara yang enak didengar oleh mereka. Jawablah panggilannya meskipun sedang shalat sunnah.
  8. Hormati sahabat dan teman-teman orang tua. Baik ketika mereka masih hidup dan sesudah orang tua meninggal. Bila perlu berbuat baiklah kepada para sahabat orang tua sebagaimana orang tua kita berbuat baik pada teman-temannya.
  9. Berusaha sebisa mungkin agar jangan membantah ucapan mereka. Jangan menyalah-nyalahkan dan merendahkan mereka. Jangan mencemooh kesalahan mereka. Usahakan tetap sopan dan menjelaskan kesalahan dengan sikap yang benar.
  10. Dengarlah ucapan dan nasehat mereka dengan sungguh-sungguh. Jangan menunjukkan sikap bosan meski nasehat yang mereka sampaikan itu-itu saja

. 11. Bangunlah jika orang tuamu datang ke rumahmu, sambutlah kedatangannya dan ciumlah kedua tangan mereka.

  1. Jangan pergi bila orang tua tak mengizinkan pergi. Jika terpaksa pergi mintalah maaf dan jelaskan sebaik-baiknya. Jika masih marah teruslah berusaha meminta ridha dan restunya. Bila pergi jauh, jangan lupa untuk selalu menelpon, sms atau memberi kabar. 13. Jangan masuk ke kamar mereka sebelum mendapat izin. Mintalah izin sebelum masuk, terutama di waktu mereka sedang istirahat. Saat sebelum subuh, setelah isya dan di siang hari saat barangkali mereka tidur siang.
  2. Jangan mendahului orang tua ketika makan, biarkan mereka mengambil makanan terlebih dahulu. Hormatilah mereka pun saat sedang makan dan minum.
  3. Jangan berbohong kepada kedua orang tua. Hati siapa yang tak sakit bila dibohongi. Apalagi hati mulia para orang tua.
  4. Jangan mengutamakan istri dan anak-anak daripada orang tua. Bagi seorang laki-laki, bakti pertama adalah kepada kedua orang tua. Sedangkan bagi seorang wanita, bakti paling utama adalah kepada suami.
  5. Bila duduk, jangan duduk di tempat yang lebih tinggi dari orang tua. Jangan selonjorkan kaki ke hadapan ayah dan ibu. Jangan duduk secara angkuh di hadapan orang tua. Bila dalam kereta api atau bus, berikan tempat duduk pada ayah dan ibu. Biarkan kita anaknya berdiri. Pun bila di dalam angkutan ada orang yang sudah tua, wanita hamil, wanita yang menggendong anaknya, berikan tempat dudukmu pada mereka.
  6. Jangan menyombongkan diri di hadapan orang tua meskipun engkau seorang pejabat tinggi bahkan presiden sekalipun. Jangan angkuh kepadanya meskipun penghasilanmu jauh lebih banyak dari mereka. Usahakan jangan menyakiti perasaan mereka meskipun hanya satu kata. Ingatlah kebaikan-kebaikan mereka. Ingatlah, Anda tidak lahir dari sebongkah batu. Tapi dari rahim ibu dengan penuh pengorbanan dan kesakitan.
  7. Jangan kikir dan pelit untuk memberi harta pada mereka. Perhatikan kebutuhan mereka, usahakan jangan sampai mereka meminta-minta. Ingatlah bahwa jika sekarang Anda berbuat baik pada orang tua, kelak anak-anak Anda pun akan berbuat baik pada Anda sebagai balasannya.
  8. Sering-seringlah mengunjungi mereka. Bawa serta istri dan anak-anak. Lihatlah betapa senangnya orang tua melihat kedatangan anaknya terutama cucu-cucunya.
  9. Dalam berbakti dahulukan ibu, baru kemudian ayah. Derajat ibu tiga kali lebih tinggi dari seorang ayah.
  10. Jika orang tua bertengkar dengan istri, bijaksanalah. Nasihati istri dan berilah dia pengertian. Hal seperti ini memang situasi yang sangat sulit. Tapi sungguh, ridha orang tua mesti didahulukan daripada ridha istri.
  11. Doakanlah mereka saat masih hidup maupun saat sudah meninggal.

Mentoring Agama : Kiat Kiat Kuliah

Kiat Kiat Kuliah

Ada alasan kenapa tidak semua orang bisa masuk universitas, dan kenapa tidak semua orang bisa mendapat nilai bagus. Belajar di masa kuliah itu sangat berbeda. Kamu pastinya perlu disiplin karena ada banyaaaak sekali pesta dan kegiatan yang terjadi, sampai kuliah rasanya jadi tidak wajib (padahal sebenarnya wajib). Kalau kamu tinggal di asrama, kemungkinan waktumu akan terbagi antara kegiatan asrama dan ngobrol di kamar tetangga. Tapi jangan lupa, tutorial harus kamu kerjakan, para dosen memintamu untuk mengetahui dan mengaplikasikan, dan yang pasti ada tugas kelompok. BANYAK tugas kelompok. Jadi gimana? SekolahSG memberikan tips belajar di masa kuliah dari para mahasiswa yang bisa membantumu:

  1. Jangan bolos kelas

Bolos kelas terdengar cukup menggiurkan, terutama ketika kuliah, karena tidak ada orang yang akan mengurangi nilaimu atau memberi hukuman karena bolos. Tapi bolos kelas berarti kamu harus belajar lebih banyak materi, dan bukan cuma itu: pelajaran di kelas berikutnya pasti adalah lanjutan, jadi efeknya pun bertambah terus. Beberapa sekolah juga melarangmu ikut ujian apabila kamu bolos terlalu banyak. Kalau kamu benar-benar harus bolos, minimal usahakanlah hadir di kelas pertama dan terakhir. Kelas pertama agar kamu bisa masuk grup tugas kelompok yang “benar” (penjelasan lanjutannya di bawah) dan yang terakhir untuk tips ujian yang penting. Topik yang dibicarakan dosen di kelas terakhir (terutama apabila beliau terus-terusan membicarakan hal yang sama) kemungkinan besar akan keluar di ujian.

 

  1. Masuk ke grup tugas kelompok yg benar

Kelas pertama biasanya merupakan waktu pembentukan grup untuk tugas kelompok. Apabila dosenmu baik, beliau biasanya membagi grup secara acak, tapi biasanya mereka tidak mau repot. Kamu harus masuk ke grup yang benar dan tidak sekelompok dengan orang-orang yang sering bolos, tidak pernah memperhatikan, atau tidak mau kerja. Agak sulit menilai hal ini apabila ini merupakan kelas pertamamu dan kamu tidak kenal siapa-siapa. Tapi kalau kamu sudah punya teman atau kira-kira mengenali tipe teman-teman sekelasmu, langsunglah ajak mereka ke grupmu. Grup terbaik biasanya punya orang yang jago presentasi, jago mencari informasi, jago membuat PowerPoint, dan jago mengedit dan berbahasa Inggris. Tugas kelompok memiliki nilai yang cukup besar, dan lain dari ujian, kamu masih bisa mengontrol nilaimu. Pastikanlah nilaimu baik sehingga kamu tidak terbebani dalam ujian.

 

  1. Partisipasi di kelas itu penting

Tidak seperti waktu SMA, kamu tidak bisa pura-pura bisu dan hanya menyerap informasi saja. Kamu diharapkan untuk berpartisipasi secara aktif di kelas – bukan hanya menjawab pertanyaan, tapi juga menanyakan pertanyaan (yang pintar). Kadang partisipasi bisa menentukan 20% dari nilai totalmu untuk beberapa pelajaran.

 

  1. Bersiaplah dengan baik untuk kelasmu

Kamu harus membaca catatan atau studi kasus sebelum kelas, agar kamu tahu apa yang dibicarakan para dosen, dan bisa mengambil catatan yang baik daripada menulis segala perkataan dosen (yang kemungkinan tidak ada artinya). Kamu pun bisa menjawab pertanyaan apapun, dan bisa menanyakan pertanyaan yang dipikir dengan matang untuk menunjukkan kepintaranmu, dan mendapat nilai partisipasi yang baik.